Last Love Letter

Orang-orang menyebutmu manusia ciptaan Tuhan yang parasnya tidak perlu diragukan lagi dan aku terlampau sepakat. Dengan senyuman lebar yang membuat matamu menyipit hingga membentuk sebuah garis; yang selalu ingin kulihat lama-lama.

Aku tidak mengerti magis apa yang ada di dalam dirimu hingga rasanya luka-luka yang kupunya luluh lantak dan mendadak dunia terasa ramah kepadaku. Atau barangkali itu bukan karena magis yang ada dalam dirimu, tapi sebab perasaan yang aku simpan. Rasa sayangku terhadapmu yang membuatmu terlihat begitu menarik di mataku. Rasa sayangku terhadapmu yang membuat relungku turut bersedih kala aku tak menemukan segaris senyum yang terbit di kedua sudut indahmu.

Kamu tak perlu banyak bertingkah untuk membuatku salah tingkah. Hanya melihatmu melintasi penghujung koridor sekolah saja sudah buatku bahagia. Ini bukan perkara ingin memilikimu. Bukan juga perihal menuntutmu untuk balas menyukaiku. Lebih dari itu, ini tentang perasaan yang masih sama dari tahun lalu, perasaan yang hanya kepadamu saja.

Dhan, percayalah, ribuan kata yang teruntai dengan rapi dalam benakku tidak cukup untuk menguraikan apa yang terjadi di dalamnya. Aku harap kamu tidak perlu menanyakan kelayakanmu karena jawabannya selalu sama. Kamu pantas dicinta dan kamu pantas direngkuh hangatnya semesta.

Tetapi nyatanya jatuh hati padamu tidak sesederhana itu. Tidak sesederhana bagaimana cara memasak mi instan, tidak semudah buih yang selalu temukan ombaknya. Dan aku juga bukan tanah yang tak pernah membenci air hujan. Jatuh bangunnya aku dalam menaruh hati padamu sudah benar-benar kulalui. Sebagai gantinya, kurasakan jutaan bahagia yang buat hatiku penuh sesak.

Denganmu aku menyadari suatu hal. Aku tidak perlu berkelana sejauh itu untuk bisa menikmati pemandangan paling menyenangkan di dunia. Aku tidak perlu pergi ke Danau Jenewa yang simpan seribu indahya. Aku tidak perlu membeli teleskop untuk bisa menyaksikan bintangku si Altair.

Cukup denganmu saja.

Aku minta maaf karena aku tidak punya keberanian sebesar itu untuk menyampaikan perasaanku sedari awal. Karena aku nggak pernah punya hati selapang itu untuk menerima kenyataan bahwa orang yang kusayangi membenciku. Kalau-kalau kamu memandangku aneh. Kalau-kalau kamu jadi tidak nyaman terhadap perasaan yang aku punya.

Aku minta maaf jika perasaan yang aku punya pernah mengganggu harimu. Karena seberapa keraspun aku mencoba, setiap melihatmu aku selalu jatuh cinta.

Tetapi, hari ini aku belajar suatu hal. Bahwa mengikhlaskan juga bagian dari mencintai, kan? Selamat karena sebentar lagi kelulusanmu. Kelulusan kita.

Perfetto, proprio come te. See you when i see you.

June 5th, 2023

Sincerely, kirani.





Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai